Menguasai banyak bahasa sangat bermanfaat bagi setiap orang, jika
Anda berpergian ke luar negeri Anda tidak perlu repot-repot untuk
membayar seorang translater. Atau Anda dapat menikmati buku, musik, dan
film dalam berbagai bahasa. Bahkan, konon menguasai berbagai bahasa
dipercaya dapat mencegah gejala pikun.
Dalam sebuah penelitian terhadap 450 pasien pikun, yang dipimpin oleh
seorang profesor psikologi di York University di Toronto, Ellen
Bialystok, mereka yang menguasai bahasa lain, sebagian besar hidup
mereka mampu mencegah gejala pikun atau Alzheimer selama empat sampai
lima tahun lebih lama daripada orang yang hanya menguasai satu bahasa
saja. Meskipun kemampuan berbicara dua bahasa tidak mencegah penyakit
“pencuri” ingatan itu, hal itu menunda munculnya gejala.
Pasti sebagain dari Anda bertanya, mengapa? Kuncinya mungkin sesuatu
yang disebut cadangan kognitif. Kognitif atau kognisi adalah kepercayaan
seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang
seseorang atau sesuatu. Belajar dan berbicara dua bahasa membutuhkan
otak untuk bekerja ekstra keras, yang membantu otak tetap lincah.
Seperti melakukan teka-teki silang dan belajar keterampilan baru yang
dapat membantu otak menciptakan dan memelihara lebih banyak hubungan
saraf. Otak dengan lebih cadangan kognitif dan lebih banyak
fleksibilitas dan kontrol eksekutif dianggap mampu mengganti hilangnya
neuron yang berhubungan dengan penyakit pikun.
Janet Werker, Psikolog Universitas British Columbia, menguji bayi di
Spanyol yang tumbuh dengan mempelajari bahasa Spanyol dan Katalan. Dia
menunjukkan bayi itu dengan video wanita berbicara bahasa yang tidak
pernah mereka dengar, yakni Inggris dan Prancis. Tetapi dengan tanpa
suara. Dengan mengukur 'rentang perhatian, Werker menyimpulkan bahwa
bayi bisa membedakan antara bahasa Inggris dan Prancis hanya dengan
menonton isyarat wajah. Mungkin saja perbedaan bentuk bibir.
Werker mencontohkan, dalam bahasa Inggris “th” membangkitkan bentuk
khas bibir dalam dan bentuk gigi. “Apapun isyaratnya, bayi denga satu
bahasa tidak bisa membedakan, “kata Werker seperti tertulis dalam laman
liputan6.com.
Penelitian lain baru-baru ini didukung hubungan antara bilingualisme
dan kontrol eksekutif. Penelitian yang melibatkan bayi yang dijejali dua
bahasa sejak lahir, ditemukan bahwa bayi bilingual tidak bingung dengan
dua bahasa karena mereka belajar sangat awal untuk mendapat perhatian
yang lebih baik, menurut AP.
Studi lain yang melibatkan 230 orang menemukan bahwa manfaat ke
memori pada orang tua yang meningkat dengan jumlah bahasa yang mereka
bicarakan. Mereka yang berbicara empat atau lebih bahasa, lima kali
lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan masalah kognitif
dibandingkan yang bilingual. Dan orang-orang yang berbicara tiga bahasa,
tiga kali lebih kecil kemungkinan memiliki masalah kognitif daripada
orang yang berbicara dua bahasa. Studi ini akan dipresentasikan pada
pertemuan tahunan American Academy of Neurology di Honolulu pada bulan
April.
Bagaimana dengan kita yang tidak cukup beruntung untuk belajar dua
bahasa pada saat bayi? Para ahli mengatakan ada banyak alasan untuk
optimis. Beberapa manfaat kognitif dengan belajar bahasa lain masih
berlaku, bahkan ketika bahasa itu dipelajari pada pertengahan hidup.
Bahkan jika Anda tidak pernah mencapai kefasihan. Idenya adalah hanya
untuk menjaga otak Anda aktif.
0 komentar:
Posting Komentar