Senin, 01 April 2013

Menguasai Berbagai Bahasa dapat Mencegah Pikun

Menguasai banyak bahasa sangat bermanfaat bagi setiap orang, jika Anda berpergian ke luar negeri Anda tidak perlu repot-repot untuk membayar seorang translater. Atau Anda dapat menikmati buku, musik, dan film dalam berbagai bahasa. Bahkan, konon menguasai berbagai bahasa dipercaya dapat mencegah gejala pikun.
 
Dalam sebuah penelitian terhadap 450 pasien pikun, yang dipimpin oleh seorang profesor psikologi di York University di Toronto, Ellen Bialystok, mereka yang menguasai bahasa lain, sebagian besar hidup mereka mampu mencegah gejala pikun atau Alzheimer selama empat sampai lima tahun lebih lama daripada orang yang hanya menguasai satu bahasa saja. Meskipun kemampuan berbicara dua bahasa tidak mencegah penyakit “pencuri” ingatan itu, hal itu menunda munculnya gejala.

Pasti sebagain dari Anda bertanya, mengapa? Kuncinya mungkin sesuatu yang disebut cadangan kognitif. Kognitif atau kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Belajar dan berbicara dua bahasa membutuhkan otak untuk bekerja ekstra keras, yang membantu otak tetap lincah. Seperti melakukan teka-teki silang dan belajar keterampilan baru yang dapat membantu otak menciptakan dan memelihara lebih banyak hubungan saraf. Otak dengan lebih cadangan kognitif dan lebih banyak fleksibilitas dan kontrol eksekutif dianggap mampu mengganti hilangnya neuron yang berhubungan dengan penyakit pikun.

Janet Werker, Psikolog Universitas British Columbia, menguji bayi di Spanyol yang tumbuh dengan mempelajari bahasa Spanyol dan Katalan. Dia menunjukkan bayi itu dengan video wanita berbicara bahasa yang tidak pernah mereka dengar, yakni Inggris dan Prancis. Tetapi dengan tanpa suara. Dengan mengukur 'rentang perhatian, Werker menyimpulkan bahwa bayi bisa membedakan antara bahasa Inggris dan Prancis hanya dengan menonton isyarat wajah. Mungkin saja perbedaan bentuk bibir.

Werker mencontohkan, dalam bahasa Inggris “th” membangkitkan bentuk khas bibir dalam dan bentuk gigi. “Apapun isyaratnya, bayi denga satu bahasa tidak bisa membedakan, “kata Werker seperti tertulis dalam laman liputan6.com.

Penelitian lain baru-baru ini didukung hubungan antara bilingualisme dan kontrol eksekutif. Penelitian yang melibatkan bayi yang dijejali dua bahasa sejak lahir, ditemukan bahwa bayi bilingual tidak bingung dengan dua bahasa karena mereka belajar sangat awal untuk mendapat perhatian yang lebih baik, menurut AP.

Studi lain yang melibatkan 230 orang menemukan bahwa manfaat ke memori pada orang tua yang meningkat dengan jumlah bahasa yang mereka bicarakan. Mereka yang berbicara empat atau lebih bahasa, lima kali lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan masalah kognitif dibandingkan yang bilingual. Dan orang-orang yang berbicara tiga bahasa, tiga kali lebih kecil kemungkinan memiliki masalah kognitif daripada orang yang berbicara dua bahasa. Studi ini akan dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Academy of Neurology di Honolulu pada bulan April. 

Bagaimana dengan kita yang tidak cukup beruntung untuk belajar dua bahasa pada saat bayi? Para ahli mengatakan ada banyak alasan untuk optimis. Beberapa manfaat kognitif dengan belajar bahasa lain masih berlaku, bahkan ketika bahasa itu dipelajari pada pertengahan hidup. Bahkan jika Anda tidak pernah mencapai kefasihan. Idenya adalah hanya untuk menjaga otak Anda aktif.

0 komentar:

Posting Komentar